Sabtu, 20 Desember 2008

Makan Sayur donk.......

MEMBUAT anak menyukai sayur dan buah adalah PR yang sulit bagi orangtua. Mi instan atau nugget ayam siap goreng menjadi makanan favorit anak-anak masa kini. Perlu trik jitu supaya mereka mau mengunyah sayur dan buah. Sepertinya mulut anak-anak mendadak terkunci bila dihadapkan pada sayuran atau buah-buahan. “Jangankan makan, melihat bentuknya saja mereka sudah ogah,” kata Rika. Ibu dua anak ini mengaku gemas karena makanan dengan sayuran yang ia sodorkan pasti ditolak anak-anaknya. Kalaupun mau, sayuran yang ada mesti disingkirkan dulu sehingga tinggal telur atau nugget.
“Kadang-kadang saya kasih mi instan daripada mereka nggak mau makan sama sekali,” tuturnya. Buah Lebih MudahOrangtua memang cenderung bersikap permisif terhadap buah hatinya. Salah satunya ya, soal makan sayur-mayur.
Orangtua mengambil jalan mudah, dengan menyajikan jenis makanan yang lebih disukai anak-anak. Yang penting, mereka mau makan! Sikap demikian tentu saja tidak menguntungkan, terutama bagi tumbuh kembang anak. Sebab, sayur dan buah menyumbang sejumlah vitamin dan mineral yang dibutuhkan anak-anak.
Memang banyak orangtua yang menyiasati kekurangan gizi itu dengan menjejali anak dengan sejumlah suplemen. Namun, pasti lebih baik jika anak-anak mendapatkan nutrisi yang alami. Selain vitamin dan mineral, kandungan serat yang ada pada buah dan sayur baik untuk kesehatan saluran cerna.
Kita lihat, anak-anak sering mengalami kesulitan buang air besar gara-gara kurang mengonsumsi makanan berserat. Kandungan air pada sayur dan buah juga cukup tinggi (80-90 persen), sehingga bisa membantu mengatasi kekurangan cairan dalam tubuh. Supaya anak mau makan sayur dan buah memang perlu trik tersendiri. Dibandingkan dengan sayur, anak relatif lebih mudah disuruh makan buah. “Sayur relatif tidak mempunyai rasa. Selain itu, serat yang ada pada sayur lebih tinggi daripada buah sehingga anak menjadi malas mengunyah,” ujar DR. Dr. Saptawati Bardosono, MSc., ahli gizi dari Bagian Ilmu Gizi FKUI.
Anak-anak lalu lebih memilih nugget dan mi instan yang gurih dan enak di lidah. Menurut suatu studi, pilihan dan pola makan pada anak-anak tanpa disadari dibentuk oleh orangtuanya. Bila orangtua tidak suka sayur atau jarang menyimpan dan menghidangkan sayuran, umumnya anak-anaknya juga tidak gemar sayuran. Jadi, jangan heran jika anak mempunyai perilaku yang sama dengan orangtuanya.
Untuk itu, cara yang terbaik adalah orangtua memberi contoh sejak dini. Ajari Berulang Menawari apalagi memaksa anak untuk mengonsumsi beragam jenis sayur bukanlah langkah yang tepat. Semestinya sejak awal mereka selalu melihat Anda mengonsumsi sayur. Dengan demikian mereka akan terbiasa dan menirunya. Meski pada awalnya mereka menolak, Anda wajib menawarkan sayur dan buah secara berulang-ulang. Beri anak kesempatan untuk mencicipi beragam jenis sayur dan buah. Bukan tidak mungkin jika mereka kemudian akan menerima beberapa di antaranya. Walau itu berarti Anda harus mencoba memberi wortel sebanyak 10-15 kali, sebelum akhirnya mereka benar-benar mau menelannya.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa anak yang biasa memilih makanan hanya mendapat ASI kurang dari 6 bulan. Sebaliknya, mereka yang diberi ASI lebih dari 6 bulan tidak menunjukkan perilaku serupa. Dengan kata lain, pemberian ASI eksklusif dapat mencegah anak menjadi pemilih makanan. Memang perlu siasat dan kreativitas orangtua dalam menyuguhkan hidangan berupa sayur dan buah.
DR. Tati mencontohkan, menggoreng sayur berbalut tepung seperti halnya bakwan, risol, lumpia, dan tempura bisa menjadi alternatif cara penyajian. Anak biasanya lebih menyukai sensasi garing pada makanan. Itu sebabnya, sayur yang dimasak terlalu matang akan segera disingkirkan anak-anak.
Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah memotong halus atau memblender sayuran, lalu mencampurnya dengan telur dan sup. Dengan begitu anak tidak menyadari keberadaan sayur tersebut. Menambahkan dressing pada sayuran juga akan membuat anak lebih senang menyantap sayuran.
Siasat serupa juga bisa diterapkan dalam menyajikan buah. Membuat es buah, memblender buah sehingga lebih mudah diminum, atau mencampur dalam yoghurt dan susu, merupakan beberapa trik agar anak mau mengonsumsi buah. Mengonsumsi buah segar lebih baik karena kandungan seratnya masih tinggi. Ajak Anak Menyiapkan MakananOrangtua adalah contoh yang paling mudah ditiru oleh anak-anaknya, termasuk dalam hal perilaku makan. Itu sebabnya, orangtua yang tidak menyukai sayur maupun buah akan menurunkan ketidaksukaannya itu pada anak-anaknya. Ada beberapa anjuran dari Ottilie Droggitis, warga di Maryland, AS, yang juga ibu lima anak, dalam menyiasati pemberian sayur dan buah itu. Anjurannya termuat dalam situs Centers for Disease Control and Prevention, Departemen Kesehatan AS. Siapa tahu, Anda berhasil dengan menerapkan cara-cara Droggitis berikut:Menjadi panutan. Saat berbelanja, ambillah buah segar, buah kering, jus buah, dan sayur kaleng. Sebaliknya, singkirkan permen dan minuman bersoda dari daftar belanja. Ungkapkan pada anak, betapa sehatnya makanan tersebut.
Hal yang sama juga bisa diterapkan saat Anda makan di restoran atau di rumah. Ceritakan bagaimana enaknya sayuran itu. Penuhi kulkas dengan sayur dan buah. Coba lihat isi lemari makan dan kulkas Anda. Lebih banyak tersedia buah, sayur, atau malah biskuit dan minuman bersoda? Sudah saatnya Anda mengganti minuman bersoda, permen, serta biskuit, dengan jeruk, apel, belimbing, juga tomat dan wortel.
Semakin terlihat adanya sayur dan buah di rumah, anak akan lebih mudah menjadikannya sebagai makanan ringan. Di saat musim kemarau misalnya, perbanyak semangka yang sudah dipotong dan jeruk dalam kulkas. Menjadi koki. Libatkan anak saat Anda memasak atau menghias makanan yang akan disajikan. Mereka bisa diminta menambahkan kismis atau stroberi pada sereal maupun yoghurt.
Ajak anak membuat salad buah sebagai makanan selingan. Hal itu selain menyenangkan, juga bisa merangsang selera anak pada makanan tersebut. Beri pilihan pada anak. Saat di supermarket, ajak anak untuk mengenali berbagai bentuk, ukuran, serta warna buah dan sayur. Dengan begitu mereka dapat memilih buah dan sayur yang disukai. Jika mempunyai waktu luang, Anda dapat mengajak anak mengunjungi kebun sayur.
Ada Apa di Dalam Buah dan Sayur?Proses pertumbuhan pada anak-anak akan berjalan sempurna dengan kehadiran berbagai zat gizi yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan, seperti: Zat BesiTerdapat pada kacang-kacangan, sayuran daun hijau, sereal, dan kuning telur. Zat ini penting untuk pembentukan sel darah merah.Kalsium Banyak ditemukan dalam susu dan produk olahannya.
Juga terdapat pada sayuran daun hijau, kacang-kacangan (terutama almond). Kalsium sangat dibutuhkan untuk pembentukan dan menjaga kesehatan tulang serta gigi. Potasium Mudah dijumpai pada alpukat, pisang, kentang, kacang-kacangan, dan buah sitrus. Potasium bekerja bersama sodium dalam mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit dalam sel. Penting untuk mengantarkan rangsangan dari seluruh saraf.Vitamin A Terdapat pada sayuran daun hijau, wortel, labu, aprikot, dalam bentuk betakaroten. Vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan perkembangan sel, daya penglihatan, dan fungsi kekebalan tubuh. Vitamin CTerdapat pada sayur dan buah terutama stroberi, keluarga sitrus, juga kentang. Vitamin C diperlukan untuk kesehatan gusi, tulang, tulang rawan, kulit, serta sebagai pengantar saraf. Vitamin K Bisa dijumpai pada sayuran hijau, terutama brokoli. Vitamin ini penting untuk pembentukan beberapa protein dan proses pembekuan darah.

Tidak ada komentar: